Selasa, 17 Januari 2017

secangkir kopi hitam pahit

Kelam benar mata itu, mata yang jauh memandang menembus bagian terdalam dari hatinya entah sedang mencari, entah sedang mencaci yang pasti ia sedang mengenang segala pengalamannya juga pengetahuannya. Dari mataku, ia semakin terhisap akan ingatannya sendiri semakin jauh ia menggali semakin dalam pula ia menghilang ditelan kenangannya.

Sebentar kemudian ia mendengus melepaskan segala kekalutan di kepalanya, dengusannya meski pelan dan jauh ditelan keributan suara jeritan kenalpot kendaraan yang lalu lalang tapi dengusannya, ya dengusannya itu seakan letupan gunung yang memuntahkan segala isi perut yang lama bergolak dalam rahimnya. Kurasakan suasana mencekam dalam dengusannya, dapat kubayangkan berbagai binatang dan manusia yang lari tunggang langgang menjerit meronta menangis meraung mencari selamat.
Baca selengkapnya